Hidup Terus Berjalan: Belajar dari Mereka yang Datang dan Pergi
Sumber gambar: pinterest.com | My name is Gya |
“Antara Impian dan Jarak Interaksi”
Seiring seseorang bertambah dewasa, impian kita kian sederhana. Kita tak lagi berambisi menjadi lebih unggul dari yang lain, tetapi semakin fokus pada nilai hidup yang tumbuh dalam diri. Pikiran lebih terbuka, ego mengalah, dan cara pandang kita akan dunia menjadi lebih luas, meski lingkar pertemanan kian terbatas. Kamu bahkan, jika saya lontarkan pertanyaan, “apakah kamu merasa rugi jika hanya menghabiskan waktu dengan menikmati secangkir kopi di waktu senggang?” Tentu sebagian besar menjawab tak merasa rugi. Kamu paham apa yang kamu butuhkan, dan mengerti siapa dirimu serta seperti apa bentuk bahagiamu untuk menentukan masa depanmu.
Dalam perjalanan hidup ini, orang-orang datang dan pergi, itu adalah kenyataan yang pasti terjadi. Bahkan jika mereka tetap bertahan, pada akhirnya kita semua akan berpisah di dunia ini. Seperti ungkapan yang kita kenal, 'people come and go'. Mereka yang hadir membawa pelajaran dan kenangan, namun tidak semua akan tinggal selamanya. Persahabatan yang dahulu erat bisa memudar, dan orang-orang yang kita anggap penting bisa saja menghilang tanpa jejak. Namun, dalam setiap perpisahan, ada kebijaksanaan yang bisa kita petik. Kita belajar bahwa kehadiran mereka, meskipun sementara, memberikan warna dalam perjalanan hidup kita.
Maka jangan pernah mencoba mencegah, melarang, atau meratapi perpisahan seseorang. Menghabiskan energi untuk hal itu tidak akan memberikan manfaat apa pun. Apa yang perlu kita lakukan adalah terus maju dan berkembang dan bertumbuh. Kita hanya bisa mengandalkan diri sendiri, bukan orang lain.
Kenyataanya, datang dan pergi itu bagian alami dari kehidupan dan itu pun sangat wajar, baik dalam pertemanan maupun percintaan, baik maya maupun riil. Orang bisa berubah kapan pun mereka mau, dan kita tidak memiliki kendali atas perilaku mereka. Oleh karena itu, jangan heran jika seseorang meninggalkan kita saat kita sangat membutuhkannya.
Hidup harus terus berlanjut dan tumbuh, dan hal ini adalah sesuatu yang normal tanpa perlu merespons secara berlebihan. Saya pun merupakan seseorang yang berada dalam narasi ini, dan saya tidak ambil pusing orang-orang yang datang dan pergi dalam hidup saya. Tidak semua orang akan selalu cocok dalam menjalin hubungan, dan itu adalah bagian dari kehidupan. Ada kalanya perpisahan terjadi, baik dengan atau tanpa alasan, dan meskipun mungkin ada rasa kecewa, setiap orang memiliki hak untuk mencari kecocokan yang lebih sesuai.
Di era digital ini, kita sering dihadapkan dengan fenomena pertemanan yang berpatok pada saling follow di media sosial. Betapa konyolnya saya bilang, jika nilai persahabatan diukur dari angka pengikut atau interaksi maya yang dangkal. Dibilang sombong karena tidak saling mengikuti, padahal interaksi nyata saja tidak pernah terjadi. Apa sebenarnya yang mereka inginkan? Persahabatan sejati tidak bisa diukur dengan jempol di layar, tetapi dengan kehadiran dan kepedulian yang tulus, terutama di masa sulit seseorang.
Kadang-kadang, dengan mudahnya orang datang hanya ketika mereka butuh sesuatu, bahkan menyebut diri mereka 'sahabat' dan panggilan akrab sejenisnya. Mudah sekali berucap. sebaiknya bersikaplah sadar akan posisi diri dan hindari bertindak seolah-olah ingin 'masuk' ke dalam lingkungan sesorang secara paksa. Jika memang ada keinginan untuk membantu, lakukanlah dengan tulus; namun, jika tidak, lebih baik tidak memaksakan diri. Hargailah ruang dan batasan, karena hubungan yang tulus tidak dibangun atas dasar kepentingan semata.
Dari sudut pandang diri, pertemanan yang membentuk kata sejati nan tulus bukan sekadar tentang kehadiran fisik atau interaksi maya di media sosial saja. Pertemanan yang betul nyata adalah dia yang saling mendukung satu sama lain. Teman yang akan mendukung segala hal yang kita lakukan, tanpa ada rasa iri atau dengki saat melihat kita berkembang. Mereka tidak hanya ada di samping kita dalam kebahagiaan, tetapi juga memberikan support penuh saat kita menghadapi kesulitan.
Pertemanan yang baik adalah ruang di mana kita dapat merasa aman untuk menjadi diri kita yang sebenarnya, tanpa takut dihakimi atau dinilai. Dalam hubungan yang tulus ini, kita saling menginspirasi dan mendorong satu sama lain untuk tumbuh dan berkembang menjadi versi terbaik dari diri kita. Pertemanan seperti inilah yang memberi makna.
***
Maka, ketika kita menatap masa depan, kita tak lagi mencari kemenangan di luar sana, melainkan kedamaian di dalam diri. Kita memilih untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri, tidak dengan mengalahkan yang lain, tetapi dengan terus tumbuh dan berkembang, mengikuti ritme kehidupan yang telah kita temukan. Kita belajar menerima bahwa orang-orang datang dan pergi, namun nilai-nilai dan pengalaman yang mereka bawa tetap abadi dalam hati kita.
Kadang-kadang, kita bahkan tidak menyadari bahwa diri kita telah berubah. Kita bukan lagi sosok yang senyaman dulu diajak berbincang, bukan lagi sosok yang semenyenangkan dulu diajak bergurau. Ketika hidup kita terlihat lebih sukses daripada sebelumnya, itu mungkin membuat orang lain merasa tidak nyaman, karena mereka merasa ada kesenjangan dalam kedudukan. Beberapa orang mungkin memilih untuk mengakhiri hubungan dengan kita karena perbedaan dalam arah hidup, seperti halnya saat seseorang memilih untuk melanjutkan pendidikan tersier sementara mereka tidak. Terasa sepele memang, namun bagi mereka, itu bisa menjadi hal yang sulit.
Perubahan terjadi karena…
- Bertambahnya usia, selera humor kita pun berubah.
- Pelajaran hidup kita bertambah, pola pikir kita pun berubah.
- Kebutuhan kita berubah, cara kita mengelola waktu pun berubah.
- Tanggung jawab kita bertambah, prioritas kita pun berubah.
- Finansial kita meningkat, lingkungan kita pun berubah.
Saat saya berusaha mengingat kembali kehangatan hubungan yang pernah kami miliki di masa sekolah, saya hampir tidak percaya bahwa kami bisa begitu dekat. Namun, jika kita terus terpaku pada kenangan masa lalu, kapan kita akan bisa berkembang dan melangkah maju? Namun, yang perlu kita ingat adalah segala sesuatu memiliki waktunya sendiri untuk datang dan pergi. Setiap hal yang pergi akan digantikan oleh sesuatu yang baru. Kehidupan manusia bisa berubah sewaktu-waktu. Hati manusia dapat dengan mudah terpengaruh, dari cinta menjadi benci, dari keyakinan menjadi keraguan. Inilah kuasa Sang Pembolak Balik Hati.
Ikhlas adalah jawaban dari ihtitam tulisan ini. Dengan ikhlas, kita bisa menerima kedatangan dan kepergian orang-orang dalam hidup kita. Dengan sikap ikhlas, kita bisa memahami bahwa setiap peristiwa memiliki sebab dan hikmah di baliknya. Benar, Tuhan adalah pemilik skenario terbaik.
Oleh: Rismayandi Ansari
bermanfaat
BalasHapusSangat relate:’
BalasHapus